Its Me

Foto saya
full time mom (at least for present).. with great handsome hubby n 2 cute boys.. yeay, I love them so much :-*)

Minggu, Februari 15, 2009

Tidur Ampuh Tangkis Flu


Jika Anda merasa hidung mulai mampet dan tubuh demam sebagai gejala flu, maka siapkan bantal dan selimut untuk tidur. Mengistirahatkan tubuh dengan tidur memang merupakan salah satu cara ampuh menangkis flu.

Dalam sebuah penelitian di Chicago, Amerika Serikat, para sukarelawan dibayar 800 dolar AS untuk disemprotkan virus flu di sekitar hidung dan menginap di hotel selama lima hari untuk mengetahui apakah mereka benar-benar menjadi sakit.

Terbukti para sukarelawan yang terbiasa tidur selama delapan jam lebih sedikit yang benar-benar sakit dibandingkan yang tidur kurang dari tujuh jam atau gelisah saat tidur.

Dosen Universitas Pitsburgh Carnagie Mellon yang mempelajari pengaruh stres, Sheldon Cohen mengatakan selama tidur cukup tubuh akan terasa fit dan itu cukup untuk terhindar dari flu.

Sementara itu, Peneliti Universitas California Dr. Michael Irwin mengatakan, penelitian sebelumnya menyatakan tidur yang cukup akan memantapkan sistem kekebalan tubuh. Hasil penelitian itu merupakan yang pertama kali mengaitkan antara kualitas tidur dengan risiko terhadap penyakit.

"Pesan yang terkandung mencoba mengingatkan kembali untuk tidur dengan jam normal,karena itu merupakan hal yang sangat penting untuk kesehatan," ujar Irwin.

Selama musim flu, hendaknya Anda menjauhi diri dari bersin orang lain dan penyebab lain. Sebuah studi di arsip internal kesehatan menyatakan, hal-hal tersebut penyebab utama pembawa virus flu dan kebanyakan menjadi terinfeksi. Akan tetap setiap orang tidak mendapat gejala flu.

Bagi masyarakat yang tidur kurang dari tujuh jam semalam dalam seminggu, akan lebih rentan 3 kali terkena virus flu ketimbang yang tidur selama delapan jam atau lebih dalam semalam.

Untuk menemukan penyebab flu,peneliti merekrut 78 pria dan 75 wanita, yang kondisi tubuhnya sehat dan masing-masing akan melawan virus.

Pertama, kebiasaan tidur mereka akan dimonitor selama dua minggu. Setiap malam, peneliti menwawancarai mereka lewat telepon sebelum mereka tidur. Pertanyaan yang diajukan seputar apa yang mereka lalukan ketika akan pergi tidur, dan kapan mereka bangun dan berapa lama waktu yang mereka habiskan ketika mereka bangun tengah malam dan jika beristirahat ketika pagi hari.

Kemudian mereka akan dibawa ke Hotel, saat virus disebarkan. Setelah lima hari,virus telah bekerja dengan baik menginfeksi 135 dari 153 sukarelawan. Tetapi hanya 54 orang yang sakit.

Selain itu, para peneliti juga mencoba melakukan percobaan dengan menggunakan tisu yang ditaruh virus, yang ditujukan kepada orang-orang yang memiliki kelebihan jam tidur. Dari situ bisa diketahui orang yang 8% kelebihan jam tidur dapat terkena flu lima kali lipat daripada orang yang kelebihan jam tidur sekitar 2%.

Menurut Cohen, tidur merupakan cara terbaik untuk meningkatkan respon kekebalan pada tubuh.

Sementara itu,peneliti masalah tidur asal Universitas Pitsburgh, Daniel Buysee dalam studinyamengatakan, terlalu banyak menghabiskan waktu ditempat tidur juga akan menggangu kualitas tidur. "Anda akan memperoleh manfaat jika tidur secukupnya,"ujarnya.

Teliti Fosfor, Sayangi Ginjal Anda

HINDARI TINGGI FOSFOR: Makanan cepat saji mengandung fosfor sekaligus zat aditif berfosfor, harus dihindari penderita penyakit ginjal

JAKARTA -- Penderita penyakit seputar ginjal atau mereka yang memiliki ginjal sensitif sebaiknya berhati-hati mengonsumsi makanan. Terlalu banyak asupan makanan mengandung fosfor bisa berbahaya bahkan fatal bagi pasien penderita ginjal. Namun tindakan edukasi terbaru membantu pasien mengurangi resiko tersebut

Pasien dengan gangguan ginjal menengah hingga parah memiliki kesulitan mensekresi fosfor yang dapat mengganggu kimia tubuh. Kadar fosfor dalam darah yang meningkat, menaikkan resiko sakit bahkan kematian. Pasien dengan penyakit ginjal memang disarankan membatasi asupan makanan, bahkan yang secara alami, mengandung fosor, seperti daging, produk susuk, gandum dan olahannya, dan kacang. Namun kini, menurut penelitian, tak sedikit pula zat aditif mengandung fosfor yang sering ditambahkan dalam proses pembuatan makanan, termasuk makanan siap saji.

Pelarangan ini juga berlaku pasien 279 ESRD atau end-stage renal disease, atau penyakit ginjal tahap akhir yang mengalami peningkatan kadar fosfor darah (lebih besar dari 5,5 miligram per desiliter (mg/dl).

Sejumlah 145 pasien penyakit ginjal yang diteliti oleh tim riset Amerika Serikat (AS), masuk kelompok pertama, akan menerima edukasi cara menghindari zat aditif fosfor saat membeli makanan di toko grosir atau di restoran cepat-saji. Sementara sisanya. masuk grup kedua yakni 134 orang, diteruskan mendapat perawatan dan kontrol seperti biasa.

Saat studi dimulai, rata-rata kadar fosfor darah ialah 7,2 mg/dl di grup pertama dan kadar fosfor grup kedua sebesar 7,1 mg/dl. Setelah studi dilakukan tiga bulan, kedua level tersebut menurun, tapi di kelompok pertama menurun sebesar 1.0 mg/dl, sedangkan di kelompok kedua hanya menurun 0,4 mg/dl. Pasien di grup pertama sepertinya juga terlihat semakin waspada dengan melihat label daftar bahan makanan dan fakta nutrisi dengan seksama di label kemasan makanan.

Penelitian itu sendiri baru saja dipublikasikan 11 Februari lalu di Journal of the American Medical Associaton. " Penurunan 0.6 mg/dl lebih banyak di kalangan kelompok pertama dibanding kelompok kedua juga berarti, kelompok pertama memiliki penurunan 5-15 persen resiko lebih rendah dalam kematian akibat gagal ginjal," demikian bunyi salah satu kalimat dalam artikel jurnal yang ditulis pemimpin penelitian, Catherine Sullivan.

"Penemuan kami meningkatkan faktor kemungkinan, bahwa makanan kemasan dan siap-saji berkontribusi menyebabkan hiperfosfatemia, kejadian gagal jantung, dan penyakit tulang yang diderita kalangan pasien ESRD. Hasil penelitian kami memiliki implikasi penting bagi pasien, rumah sakit, peneliti, dan pembuat kebijakan," tulis pakar dari Pusat Medis MetroHealth, dan Case Western Reserve di Universitas Cleveland tersebut.

"Pasien dengan ESRD dan rumah sakit harus mempelajari baik makanan alami mengandung fosfor dan zat aditif berfosfor, selain itu pasien juga mesti membatasi asupan fosfor total hanya 800 hingga 1000 miligram per hari sebagaimana yang direkomendasikan oleh pakar kesehatan dan ahli ginjal," bunyi artikel studi tersebut lebih lanjut

Mereka juga menambahkan para peneliti harus semakin fokus mengembangkan metode lebih lanjut mencegah dan mengatasi hyperfosfatemia dan pemegang kebijakan mesti mempertimbangkan cara mengatasi kendala di lapangan, seperti menetapkan pencantuman kandungan fosfor dalam label nutrisi makanan kemasan./healthday/it